Dirjen KLHK Memberikan Kuliah Umum di Unhas

Makassar – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyambangi Makassar, tepatnya Universitas Hasanuddin (Unhas), dalam beberapa hari (22-23/5) di pekan ketiga Mei. Melalui perwikannya, Dirjen Pencemaran & Kerusakan Lingkungan KLHK, Ir. Sigit Reliantor, M.Sc berbagi pengetahuan melalui kegiatan kuliah umum, Selasa (23/5). Kegiatan yang bertajuk Penilaian Proper dan Tanggung Jawab Lingkungan Korporasi Secara Berkelanjutan ini berlangsung di ruang senat, gedung rektorat Unhas.

Sigit selaku dirjen memberikan informasi mengenai program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan (proper). Sigit mengungkapkan jika selama ini pola pikir sejumlah perusahaan masih terpaku mengejar keuntungan ekonomi saja. Padahal, seharusnya perusahaan juga memikirkan keuntungan lainnya yang masti dipertimbangkan.

Program penilaian atau dikenal sebagai proper di KLHK ini menurut sigit mengadopsi konsep dari salah satu pemikir dunia. “Konsep proper itu mengadopsi konsep regeneratif kapitalism dari John Elkington,” tuturnya mengawali penjelasan mengenai proper. “Kita tetap kapitalisme tetapi tidak hanya keuntungan ekonomi yang dipikirkan tapi keuntungan lingkungan dan sosial juga harus dipertimbangkan,” papar Sigit menjelaskan lebih lanjut mengenai konsep tersebut.

Sigit pun menawarkan mode bisnis terbaru di masa depan kepada perusahaan. Menurut pemaparannya, kemampuan alam tidak lagi mencukupi jikan ingin mengembangkan teknologi jika basisnya menggunakan bahan bakar fosil. “Harus ada konsep pembangunan yang memisahkan diri agar tidak lagi pakai fosil fuel untuk mengembangkan teknologi,” pungkasnya.

Kuliah umum ini selain dihadiri oleh para sivitas akademika Unhas, turut hadir pula perwakilan perusahaan di Sulawesi Selatan seperti Bosowa, Kalla dan lain-lain. Sigit, memaparkan empat kriteria yang menjadi penilaian dalam proper. Tingkatannya itu dari,
ketaatan terhadap peraturan, eco inovasi, inovasi sosal dan terakhir green leadership. Urutan ini menunjukkan seberapa “ramah” sebuah perusahaan terhadap lingkungan dan sosialnya.

Di akhir pemaparannya, Sigit berpesan bahwa seharusnya bisnis di masa mendatang mengedepankan aspek lingkungan dibandingkan hanya ekonomi semata. “Kalau lingkungan dipakai sebagai strategi bisnis maka akan banyak dilirik. Dan jika begitu, maka harganya pun akan premium,” tutupnya.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *